Beranda | Artikel
Penghambaan Diri kepada Allah Ketika Tergelincir Melakukan Dosa
Rabu, 4 Oktober 2023

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim

Penghambaan Diri kepada Allah Ketika Melakukan Dosa adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Kitab Al-Fawaid. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah TaslimM.A. pada Kamis, 13 Rabi’ul Awal 1445 H / 28 September 2023 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Penghambaan Diri kepada Allah Ketika Tergelincir Melakukan Dosa

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala selanjutnya menjelaskan tentang penghambaan diri kepada Allah ketika melakukan hal-hal yang menjadi celaan bagi hamba itu, yakni berbuat dosa dan maksiat. Apa yang harus kita tegakkan ubudiyah dalam keadaan seperti ini? Yaitu bersegera untuk bertaubat darinya, serta menjauhkan diri, kemudian berdiri pada kedudukan memohon ampun kepada Allah dan merasa diri penuh dengan kekurangan dan kelemahan di hadapan Allah, dengan dia mengetahui bahwasanya tidak ada yang bisa mengangkat keburukan tersebut selain Allah, dan tidak ada yang bisa melindunginya dari dampak buruk perbuatan maksiat selain Allah, dan bahwasannya celaan keburukan maksiat tersebut kalau terus-menerus ada pada dirinya, itu akan menjauhkan dia dari kedekatan kepada Allah dan akan mengusir dia dari pintu Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka hamba ini memandang keburukan-keburukan maksiat tersebut termasuk kecelakaan yang tidak bisa diangkat kecuali oleh Allah. Bahkan dia sampai memandangnya lebih besar dibandingkan bahaya yang menimpa pada anggota badannya.

Jadi, ketika kita melakukan perbuatan maksiat, dan sudah kita sebutkan, manusia tidak mungkin luput dari kesalahan. Bahkan disifati di dalam hadits yang sahih, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

كلُّ بني آدم خَطَّاءٌ، وخيرُ الخَطَّائِينَ التوابون

“Semua manusia itu banyak berbuat salah, tapi sebaik-baik orang yang banyak berbuat salah adalah orang yang banyak bertaubat dan selalu kembali kepada Allah.” (HR. Ibnu Majah, At-Tirmidzi dan lain-lain. Hadits ini hasan, menurut syaikh al-Albani rahimahullah)

Inilah penghambaan diri sewaktu kita lalai sehingga berbuat maksiat, melanggar ketentuan syariat Allah, atau melakukan perbuatan yang dilarangNya. Na’udzubillahi min dzalik, kita bersegera untuk bertaubat, dan menempatkan diri kita pada posisi memohon pengampunan dan merasa diri penuh dengan kekurangan. Yang seperti ini menunjukkan kepada kita bahwa seorang hamba, ketika dia menempatkan ubudiyah ini dengan benar, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mencintainya. Memang perbuatan buruk dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, itu pasti akan mengurangi iman kita. Akan tetapi jika dengan sebab melakukan perbuatan buruk tadi, seorang hamba kemudian sungguh-sungguh bertaubat, sungguh-sungguh kembali kepada Allah, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai permohonan taubat yang dilakukan oleh hamba tersebut.

Makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda dalam sebuah hadits yang sahih:

لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِيْنَ يَتُوْبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضٍ فَلاَةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِيْ ظِلِّهَا قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ، فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةٌ عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ: اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِيْ وَأَنَا رُبُّكَ، أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ.

“Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih gembira dengan taubat hambaNya dibandingkan dengan seseorang karena menemukan kembali untanya yang hilang. Orang itu bepergian dengan menaiki tunggangan, tetapi kemudian hilang terlepas di tengan padang pasir, padahal makanan dan minumannya ada pada tunggangannya. Karena merasa putus asa, dia bernaung dan beristirahat di bawah sebuah pohon. Dia telah putus asa untuk mendapatkan binatang tunggangannya. Tatkala dalam keadaan demikian itu, tiba-tiba binatangnya berdiri di hadapannya, maka ia segera memegang tali pelananya, kemudian karena amat senangnya ia mengatakan, ‘Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah RabbMu,’ dia salah berkata karena sangat senang.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Saking gembiranya dia sampai salah mengucapkan doa. Tapi Allah lebih senang menerima taubatnya seorang hamba yang bertaubat dan kembali kepadaNya dibandingkan dengan kegembiraan yang bisa dibayangkan pada diri manusia, seperti kondisi orang yang disebutkan di hadits tadi.

Makanya ini menunjukkan kepada kita bahwa bertaubat dicintai oleh Allah. Ini salah satu di antara yang diterangkan oleh para ulama kenapa perbuatan maksiat itu Allah tetapkan takdirkan menimpa hamba-hamba yang beriman. Kenapa mereka tidak dijaga saja agar tidak berbuat maksiat sama sekali? Ternyata ada hikmah untuk menyempurnakan penghambaan diri hamba dalam semua keadaannya. Yaitu dengan cara ketika dia berbuat dosa, dia akan segera bertaubat kembali kepada Allah, dia takut jauh dari Allah, akhirnya dia mengakui dirinya hamba yang penuh dengan kekurangan dan kelemahan.

Kalau seandainya seorang hamba dijaga terus, tidak pernah berbuat dosa, dia taat terus, dihawatirkan dia akan sombong, dia akan membanggakan dirinya, merasa dirinya hebat. Tapi ketika dia terjerumus ke dalam perbuatan maksiat, dia tahu bahwa dia adalah hamba yang penuh dengan kelemahan. Tidak ada yang bisa menyelamatkannya dari segala kelemahan tersebut kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hamba ini akan selalu berlindung mencari keridaan Allah, tapi dia juga takut dengan kemurkaanNya. Dia berlindung dengan pemaafan Allah untuk menghindari siksaanNya. Dia berlindung kepada Allah dari Allah. Ini makna doa yang pernah diucapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits riwayat Imam Muslim.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah mengajarkan doa:

اللهُمَّ أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan keridhaanMu dari kemurkaanMu, aku berlindung dengan pemaafanMu dari siksaanMu, aku berlindung denganMu dariMu Ya Allah. Aku tidak mampu membatasi pujian dan sanjungan yang pantas bagiMu, Engkau adalah seperti sanjungan dan pujian yang Engkau peruntukkan bagi diriMu sendiri.” (HR. Muslim)

Masyaallah.. Inilah hakikat penghambaan diri yang sesungguhnya. Ketika seorang hamba menyadari bahwa tidak ada tempat berlindung dan berlari kecuali hanya kepada Allah, dan dia menyadari tidak ada yang ditakutkan segala keburukan kecuali itu berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalau Allah menghendaki akan terjadi, kalau tidak maka tidak akan terjadi.

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53420-penghambaan-diri-kepada-allah-ketika-tergelincir-melakukan-dosa/